26/05/2016

Kelas XI/2 : Tilakkhana (Tiga Corak Universal)


1.      Pengertian
Tilakkhana adalah tiga corak umum atau universal, menyeluruh, adalah kenyataan alam yang dihubungkandengan seluruh keberadaan walaupun berbeda ruang dan waktu. Tiga corak umum memberikan sifat sejati dari semua benda. Buddha mengajarkan bahwa semua keberadaan yang berkondisi terpengaruh oleh tiga corak umum.


2.      Isi Tilakkhana
Hukum Tilakkhana ini termasuk hukum kesunyutaan yang berlaku dimana-mana dan pada setiap waktu. Tilakkhana terdiri dari
1.    Anicca
Adalah ketidak kekalan, segala sesuatu yang berkondisi adalah tidak kekal, selalu berubah. Segala sesuatu yang berkondisi selalu diliputi oleh tiga rangkaian ketidak kekalan berikut ini; uppada à thiti à bhanga. Yaitu terlihat munculnya, terlihat perubahannya, terlihat lenyapnya.
Fakta mengenai ketidakkekalan berarti bahwa realitas tidak pernah dalam keadaan tetap melainkan seluruhnya dinamis, dan bahkan ilmu pengetahuan modern pun menyadari bahwa ini merupakan sifat dunia yang utama tanpa adanya pengecualian. Dalam ajaran – Nya mengenai realitas yang dinamis, Buddha memberikan kepada kita kunci utama untuk membuka pintu mana pun yang kita inginkan. Dunia modern menggunakan kunci utama yang sama, tetapi hanya untuk kemajuan materiil, dan pintu demi pintu terbuka dengan keberhasilan yang mengagumkan.
Perubahan atau ketidakkekalan adalah sifat yang terpenting dari semua fenomena kehidupan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa barang apa pun, hidup atau mati, organic atau anorganik, “ini adalah abadi.“ Bahkan sementara kita membicarakannya, perubahan sedang berlangsung. Semua ini berlalu dengan cepat : keindahan bunga, kicau burung, dengungan lebah, dan keagungan matahari yang terbenam.
“Misalkan engkau sedang memandang indahnya matahari yang terbenam. Seluruh langit di sebelah barat memancarkan cahaya yang berwarna merah : tetapi engkau sadar bahwa dalam setengah jam semua warna yang cerah ini berangsur – angsur akan hilang dari hadapan matamu, walaupun matamu tidak dapat mengenali sebelumnya kesimpulan yang beralasan itu. Dan apakah kesimpulannya ? Kesimpulannya adalah engkau tidak pernah dapat menyebutkan ataupun membayangkan, melihat suatu warna yang kekal, warna apapun yang sebenarnya bahkan untuk waktu yang paling singkat. Dalam perjutaan detik seluruh keagungan dari langit yang terlukis mengalami rangkaian perubahan yang tak terhitung banyaknya. Satu perubahan digantikan dengan yang lain dengan kecepatan yang membuat semua pengukuran tertinggal, karena proses itu tidak dapat diukur….. akal sehat menolak untuk menahan periode tertentu dari pemandangan yang berlalu itu, atau untuk mengungkapkan begitu, karena kalaupun ada yang berusaha, seketika hal itu sudah tiada. Ini merupakan rangkaian perubahan warna yang cepat, tiada satu pun darinya tetap ada, karena semuanya secara terus menerus lenyap menjadi yang lain. “

2.    Dukkha
Yaitu tidak memuaskan, penderitaan. Segala sesuatu yang berkondisi adalah tidak memuaskan, menimbulkan ketidakpuasan, dll. Terdapat tiga jenis dukkha yaitu; dukkha dukkha, viparinama dukkha, sankhara dukkha.
-       Dukkha-dukkha ; yaitu dukkha biasa, dukkha yang umum yang biasa kita lihat dan rasakan secara langsung. Contoh; sakit, sedih, marah, kehilangan dengan yang dicintai, mendapatkan yang tidak diharapkan, dll.

-       Viparinama dukkha ; yaitu dukkha yang bersifat laten, yang terdapat dalam sesuatu yang membahagiakan sekalipun. Dukkha ini merupakan dukkha yang dapat muncul sewaktu-waktu tanpa bisa kita mencegahnya. Contoh; seseorang anak yang sangat menginginkan sepatu baru pasti sangat bahagia jika mendapatkan sepatu seperti yang diinginkannya, namun dia tidak dapat menyuruh sepatu itu untuk terus bersamanya dan terus bagus selamanya. Suatu saat sepatu itu bisa hilang atau rusak, dan dari situ muncullah dukkha. Inilah viparinama dukkha

-       Sankhara dukkha ; yaitu dukkha sebagai akibat dari keadaan berkondisi. Ini bisa diartikan bahwa segala sesuatu itu hanya bersifat semu semata, inilah sankhara dukkha. Dapat kita renungkan pernyataan yang sering kita dengar dalam salah satu film Buddhis “kosong adalah isi, isi adalah kosong”. Artinya kosong dari inti namun isi/ada dari bentukan gabungan unsur-unsur pembentuknya.
  

3.    Anatta
Yaitu tanpa inti, tanpa jiwa. Anatta ini ditujukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada roh atau jiwa yang kekal dalam diri manusia. Namun ini juga berlaku untuk semua benda, tidakada satupun benda atau mahkluk di dunia ini yang memiliki inti. Semua yang terbentuk merupakan gabungan dari unsure-unsur pembentuknya. Tidak ada satu bendapun yang dapat berdiri sendiri dan jadi sendiri.
Ajaran agama Buddha tentang tumimbal lahir ini harus dibedakan dari teori reinkarnasi yang menyatakan perpindahan roh dan kelahiran kembali yang tetap. Agama Buddha menolak adanya suatu roh kekal atau yang tidak berubah, yang diciptakan oleh dewa yang maha kuasa atau yang keluar dari zat ilahi ( paramatma ).
Bila roh yang dianggap sebagai inti manusia itu bersifat langgeng, maka tak akan terjadi suatu perkembangan ataupun kemunduran. Di samping itu, orang tidak dapat mengerti mengapa “ Berbagai roh dibentuk berbeda pada mulanya“.
Sang Buddha telah mengetahui fakta-fakta ini sekitar 2.500 tahun yang lalu. Menurut agama Buddha, kesadaran tidak lain hanyalah suatu gabungan kompleks batin yang cepat berlalu. Satu unit kesadaran terdiri dari tiga fase : timbul (Upad ), berkembang (Thit ) , dan lenyap (Bhang).
Segera setelah fase-lenyap dari satu saat pikiran berakhir, terjadilah fase-timbul pada saat pikiran berikutnya. Setiap kesadaran dari proses kehidupan yang selalu berubah ini, setelah berlalu, akan memindahkan seluruh tenaganya, seluruh rekaman kesan-kesan yang tak dapat dihapus pada kesadaran penerusnya. Setiap kesadaran baru terdiri kesadaran pendahulunya ditambah kesadaran yang baru. Karena itu, terdapat suatu aliran kesadaran terus menerus seperti arus sungai. Saat pikiran berikutnya tidak persis sama seperti pendahulunya, karena apa yang membentuknya tidak sama ataupun sama sekali berbeda. Ia merupakan kelanjutan tenaga karma yang sama, sehingga terdapat persamaan dalam proses.
Setiap saat terjadi kelahiran, akan terjadi kematian. Timbulnya satu saat pikiran berarti lenyapnya saat pikiran lain dan sebaliknya. Dalam perjalanan satu saat kehidupan terjadi tumimbal-lahir sementara tanpa roh.
Hal tersebut tidak seharusnya dipahami bahwa kesadaran dipotong menjadi bagian-bagian yang dirangkaikan bersama seperti sebuah kereta atau rantai. Tetapi sebaliknya, “Kesadaran mengalir terus menerus ibarat sebuah sungai, yang terus menerus menerima pertambahan arus dari anak sungai indria dan selalu membagikan kepada dunia pikiran-pikiran yang telah dikumpulkan di sepanjang jalan. Kesadaran memiliki kelahiran sebagai mata airnya dan kematian sebagai muaranya. Arus kesadaran itu berlangsung demikian cepatnya sehingga tak ada ukuran apa pun yang dapat dipergunakan untuk mengukurnya walaupun hanya secara perkiraan. Akan tetapi, para komentator berpendapat bahwa lamanya waktu dari satu gerakan pikiran kira-kira satu perjuta bagian dari waktu yang diperlukan oleh cahaya kilat.
Di sini kita dapatkan suatu penjajaran dari keadaan kesadaran yang begitu cepat berlalu, bertentangan dengan anggapan sebagian orang. Sekali kesadaran telah lenyap, ia tak akan kembali lagi serupa dengan apa yang telah lenyap sebelumnya. Tetapi kita orang duniawi yang diliputi oleh kebodohan, salah mengerti karena apa yang nampaknya tetap ini dianggap sebagai sesuatu yang kekal dan malah menganggap bahwa kesadaran yang selalu berubah ini sebagai suatu roh yang tidak berubah, suatu atta , sebagai pelaku dan wadah dari semua perbuatan.
“ Apa yang disebut makhluk itu adalah misalnya seperti cahaya kilat yang berubah menjadi rangkaian bunga api yang saling susul menyusul dengan kecepatan luar biasa, sehingga mata manusia tidak dapat melihatnya satu persatu. Seperti roda kereta yang terletak diatas tanah pada satu titik, demikian pula makhluk – makhluk hanya hidup selama satu saat pikiran. Kehidupan selalu berada dalam saat sekarang dan selalu tenggelam kedalam masa lalu yang tak dapat terulang kembali. Keadaan kita dimasa yang akan datang ditentukan oleh saat pikiran sekarang ini “.


Hubungan dari ketiga corak umum
Karena segala sesuatu itu tidak memiliki ini (anatta), maka tidak ada yang kekal, dan selalu berubah (anicca), maka jika dilekati akanmenimbulkan penderitaan (dukkha).
Setelah mengetahui pengertian dan hubungan dari ketiga corak tersebut, hendaknya kita tidak lagi memiliki kemelekatanyang berlebihan terhadap apapun, termasuk diri sendiri.
Semua paduan unsur, yaitu segala sesuatu yang timbul sebagai akibat dari suatu sebab, dan yang pada gilirannya kemudian menimbulkan akibat, dapat dinyatakan dalam satu kata anicca, ketidakkekalan. Oleh karena itu, semua sifat hanyalah merupakan variasi yang terbentuk dari paduan ketidakkekalan, penderitaan ( ketidakpuasan ), dan tanpa diri atau inti : anicca, dukkha dan anatta.
Tidak kentara, ketiga corak kehidupan tersebut tetap mengelabui dunia ini sampai Buddha mengungkapkan sifatnya yang sejati. Pengungkapan itu membabarkan ketiga corak ini, dan bagaimana melalui penembusan ketiganya secara lengkap seseorang mencapai pembebasan pikiran – yang dimiliki oleh seorang Buddha. Ini merupakan saripati seluruh ajaran para Buddha.
Walaupun konsep anicca diterapkan pada semua benda yang tersusun dari paduan unsur dan terkondisi, Buddha lebih menekankan pada apa yang disebut makhluk hidup, karena masalahnya berhubungan dengan manusia dan bukan dengan benda mati. Seperti seorang ahli anatomi yang memisahkan organ tubuh menjadi jaringan dan jaringan menjadi sel, Buddha, Penganalisis ( vibhajjavadi ), menganalisis apa yang disebut mahkluk hidup, “sankhara punja,“ himpunan proses, menjadi lima agregat yang selalu berubah, dan membuatnya menjadi jelas bahwa tidak ada suatu yang kekal, tidak ada yang selamanya abadi, dalam himpunan agregat ini (khandha – santati). Himpunan agregat kehidupan itu adalah bentuk jasmani, perasaan, pencerapan, bentuk – bentuk pikiran, kesadaran.


(Sumber : Diktat pendidikan agama Buddha kelas XI semeter Genap, Sukarsih Rahayu, tahun 2014)

Note : Catatan di atas memerlukan penjelasan lebih lanjut, untuk anak-anak ku, harap rajin mengikuti PBM terutama saat tatap muka. 

No comments:

Post a Comment