15/04/2016

Kelas XI/2 : Empat Kebenaran Mulia (Catur Ariya Sacca)



A.    Pengertian
Secara harfiah berarti empat kebenaran mulia. Disebut “mulia” karena jika seseorang mampu memahami dan menembusnya dengan sepenuhnya maka akan membawa orang tersebut mencapai kemuliaan yaitu mencapai tingkat kesucian yang membawanya pada tujuan akhir umat Buddha yaitu Nibana. Keempat kebenaran itu adalah;
1.    Dukkha ariya sacca atau kebenaran mulia tentang dukkha
2.    Dukkha samudaya ariya sacca atau kebenran mulia tentang sebab duka
3.    Dukkha nirodha ariya sacca atau kebenaran mulia tentang lenyapnya dukkha
4.    Dukkha nirodha gaminipatipada ariya sacca atau kebenaran mulia tentang jalan menuju lenyapknya dukkha

Dalam Dhammacakkapavatana sutta, Buddha menguraikan pengetahuan-Nya dalam memahami catur ariya sacca ini dalam tiga tahap duabelas segi  pandangan, yaitu;
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Inilah Kebenaran mulia tentang Dukkha
Kebenaran mulia tentang dukkha harus dipahami sepenuhnya
Kebenaran mulia tentang dukkha telah dipahami sepenuhnya
Inilah kebenaran mulia tentang sebab dukkha
Kebenaran mulia tentang sebab dukkha harus dilenyapkan
Kebenaran mulia tentang sebab dukkha telah dilenyapkan
Inilah kebenaran mulia tentang lenyapnya dukkha
Kebenaran mulia tentang lenyapnya dukkha harus dicapai/direalisasikan
Kebenaran mulia tentang lenyapnya dukkha telah dicapai/direalisasikan
Inilah kebenran mulia tentang jalan menuju lenyapnya dukkha
Kebenaran mulia tentang jalan menuju lenyapnya dukkha harus dikembangkan
Kebenran mulia tentang lenyapnya dukkha telah dikembangkan


B.     Isi Catur Ariya Saca
Berikut ini akan dijelaskan satu persatu mengenai urutan isi dari hukum catur ariya sacca.
1.    Dukkha ariya sacca = kebenaran mulia tentang dukkha
Dukkha berarti sesuatu yang tidak memuaskan, tidak menyenangkan, tidak dapat ditanggung. Secara umum kita menyebutnya sebagai penderitaan. Ada tiga macam dukkha yaitu;
-       Dukkha-dukkha ; yaitu dukkha biasa, dukkha yang umum yang biasa kita lihat dan rasakan secara langsung. Contoh; sakit, sedih, marah, kehilangan dengan yang dicintai, mendapatkan yang tidak diharapkan, dll.

-       Viparinama dukkha ; yaitu dukkha yang bersifat laten atau dukkha yang potensial, yang terdapat dalam sesuatu yang membahagiakan sekalipun. Dukkha ini merupakan dukkha yang dapat muncul sewaktu-waktu tanpa bisa kita mencegahnya. Contoh; seseorang anak yang sangat menginginkan sepatu baru pasti sangat bahagia jika mendapatkan sepatu seperti yang diinginkannya, namun dia tidak dapat menyuruh sepatu itu untuk terus bersamanya dan terus bagus selamanya. Suatu saat sepatu itu bisa hilang atau rusak, dan dari situ muncullah dukkha. Inilah viparinama dukkha

-       Sankhara dukkha ; yaitu dukkha sebagai akibat dari keadaan berkondisi. Ini bisa diartikan bahwa segala sesuatu itu hanya bersifat semu semata, inilah sankhara dukkha. Dapat kita renungkan pernyataan yang sering kita dengar dalam salah satu film Buddhis “kosong adalah isi, isi adalah kosong”. Artinya kosong dari inti namun isi/ada dari bentukan gabungan unsur-unsur pembentuknya.


Untuk direnungkan

Seseorang yang tidak menyadari bahwa di tubuhnya terdapat suatu penyakit berbahaya, maka ia tidak akan tertarik untuk mencari penyembuhannya. Saat penyakitnya makin parah, maka sulit baginya untuk sembuh. Demikian pula seseorang yang tidak menyadari bahwa hidup ini syarat dengan dukkha maka ia akan sulit untuk dapat melihat Dhamma. untu alasan inilah “dukkha” diletakkan pada urutan pertama dalam catur ariya sacca.

2.    Dukka samudaya ariya sacca = kebenaran mulia tentang sebab dukkha
Buddha menyatakan bahwa sebab dari dukkha adalah Tanha. Yaitu keinginan yang terus menerus dan tidak ada habisnya. Seseorang yang cenderung memuaskan atau memenuhi setiap kali keinginannya, ibarat sedang meminum air laut. Semakin diminum semakin haus dan tak pernah bisa puas kecuali dia mengendalikan diri dan berhenti. Contoh; seseorang yang tidak punya sepeda ingin punya sepeda, setelah punya sepeda ingin punya motor, setelah punya motor ingin punya mobil, setelah punya mobil ingin punya pesawat, dst.
Tanha inilah yang menjadi penyebab kesulitan-kesulitan hidup, dan sifat dari tanha ini adalah menimbulkan kecanduan, ketagihan, atau kecenderungan untuk terus dan terus memuaskan keinginan. Secara umum, tanha digolongkan menjadi tiga macam yaitu;
a.    Kama tanha : Yaitu kecanduan akan kenikmatan nafsu indera
b.    Bhava tanha : Yaitu kecanduan akan kelangsungan hidup dan kelahiran kembali (keinginan untuk terus berlangsung/menginginkan obyek).
c.    Vibhava tanha : Yaitu kecanduan akan pemusnahan diri (keinginan untuk tidak terus berlangsung/menolak obyek)

3.    Dukkha nirodha ariya sacca = kebenaran mulia tentang lenyapnya dukkha
Jika penyebabnya telah diketahui, maka untuk melenyapkan dukkha itu adalah dengan melenyapkan penyebabnya yaitu melenyapkan Tanha. Lenyapnya Dukkha adalah dengan lenyapnya Tanha. Kondisi lenyapnya tanha inilah yang juga dikenal dengan Nibbana.

4.    Dukkha nirodha gamini patipada ariya sacca = kebenaran mulia tentang jalan menuju lenyapnya dukkha
Jalan/cara untuk melenyapkan dukkha adalah dengan mempraktikkan hasta ariya magga atau jalan mulia berunsur delapan. Jalan mulia berunsur delapan ini juga disebut sebagai jalan tengah, karena menghidari dua jalan ekstrim yaitu ;
a.    Usaha mencari kebahagiaan dengan cara pemuasan dan memenuhi nafsu-nafsu indera.
b.    Usaha mencari kebahagiaan dengan cara menyiksa diri.

Jalan mulia berunsur delapan menghindari dua jalan ekstrim tersebut. Inilah urutan dari jalan mulia berunsur delapan.
a.       Samma ditthi           = pandangan benar
b.       Samma sankapa      = pikiran benar
c.       Samma vacca         = ucapan benar
d.       Samma kammanta   = perbuatan benar
e.    Samma ajiva           = penghidupan benar
f.         Samma vayama      = daya upaya benar/usaha benar
g.        Samma sati             = perhatian benar
h.       Samma Samadhi     = konsentrasi benar

Hasta ariya magga ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu sila, Samadhi dan panna. Pada jaman kehidupan Buddha, kelompok panna diletakkan diurutkan pertama karena berkaitan dengan kondisi masyarakat pada waktu itu yang menganut dua pandangan ekstrim yang sama-sama tidak bermanfaa, yaitu penyiksaan diri berlebihan dan pemuasan nafsu berlebihan. (penjelasan rinci oleh guru dan diskusi bersama)





Samma ditthi
Samma sankapa
Panna
Kebijaksanaan
Samma vacca
Samma kamanta
Samma ajiva
Sila
Moralitas
Samma vayama
Samma sati
Samma samadhi
Samadhi
Pengembangan batin

Secara teknis, Buddha sangat runtut mengurutkan rangkaian empat kebenaran tersebut. Pertama-tama Buddha membuka mata kita bahwa dunia ini diliputi oleh dukkha, Buddha menunjukkan bahwa kita harus dapat menyadari kebenaran ini, kemudian menyelidiki dan mengetahui penyebabnya, mengetahui lenyapnya dan untuk selanjutnya menunjukkan jalan untuk dapat terbebas dari segala dukkha tersebut.
Semua yang ditunjukkan Buddha ini dapat kita lihat secara nyata dalam kehidupan ini juga dan saat ini juga. Tidak dengan menunggu kelak dan besok-besok, inilah yang benar-benar real/nyata, benar-benar ada dalamkehidupan kita, bukannya menunggu setelah kita mati. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kondisi dunia ini sangat genting/gawat maka kita harus segera menyadarinya.
Dalam salah satu sutra, Buddha mengibaratkan dunia ini seperti rumah yang sedang terbakar, sedangkan di dalamnya terdapat anak-anak kecil yang sedang asik bermain tanpa menyadari bahaya ini.
            Berikut ini penjelasan tentang jalan mulia berunsur delapan atau hasta ariya magga;
a.       Pandangan benar (samma ditthi)
Yaitu  pemahaman segala sesuatu sebagaimana adanya. Memiliki pemahaman terhadap hukum kesunyataan, catur ariya sacca, kamma dan punabhava, tilakkhana, paticcasamuppada. Pemahaman akan empat hukum kesunyataan ini membawa seseorang untuk memandang dunia ini secara obyektif, apa adanya.

b.       Pikiran benar (samma sankapa)
adalah pemikiran yang terbebas dari tiga akar kejahatan yaiti lobha, dosa dan moha. Tiga aspek dari pikiran benar adalah; pertama, hendaknya seseorang tidak melekat terhadap kesenangan duniawi, tidak memntingkan diri sendiri/egois. Kedua, seseorang hendaknya memelihara cinta kasih, niat baik dan kebajikan dalam pikirannya. Ketiga, hendkanya seseorang berpikir untuk tidak menyakiti mahkluk lain atau orang lain.

c.       Ucapan benar (samma vacca)
adalah menghormati kebenaran dan menghormati kesejahteraan orang lain dalam berucap. Hal ini berarti menghindari berdusta, fitnah, kata-kata kasar dan omong kosong. Ada istilah “lidah lebih tajam dari pedang”. Ini berarti kata-kata bisa lebih menyakitkan jika diucapkan secara sembarangan. ‘ucapan yang  menyenangkan itu manis bagai madu, ucapan yang penuh kebenaran itu indah bagai bunga, dan ucapan yang salah itu tidak berguna seperti sampah’.

d.       Perbuatan benar (samma kammanta)
adalah perbuatan yang meliputi rasa hormat/menghargai kehidupa, (tidak membunuh, menganiaya), menghormati kepemilikan orang lain (tidak mencuri atau mengakui yang bukan hak nya), dan menghormati hubungan social dalam masyarakat dan kehidupan pribadi (tidak berbuat asusila, tidak berbuat asusila).

e.       Mata pencaharian benar (samma ajiva)
adalah penghidupan yang menyangkut bagaimana kita mancari nafkah dalam masyarakat. Berikut jenis mata pencaharian yang dianjurkan oleh Buddha yaitu;
Tidak berdagang mahkluk hidup
Tidak berdagang  senjata
Tidak berdagang daging
Tidak berdagang minuman keras
Tidak berdagang racun.
f.        Usaha benar (samma wayama)
adalah suatu niat positif dan antusias dalam hal-hal yang kita lakukan. Terdapat empat usaha benar yaitu
Usaha untuk mencegah sifat buruk muncul dalam diri kita
Usaha untuk melenyapkan sifat buruk yang telah ada dalam diri kita
Usaha untuk memunculkan sifat baik dalam diri kita
Usaha untuk mengembangkan/melestarikan sifat baik yang telah ada dalam diri kita.

g.       Perhatian benar (samma sati)
Yaitu merupakan latihan vipassana bhavana, yang mengarahkan pikiran untuk mengamati atau memperhatikan dengan seksama gerak gerik dari empat unsure berikut ini yaitu ;
1)    kaya nupassana             : Perhatian dengan seksama terhadap gerak gerik jasmani
2)    vedana nupassana         : Perhatian dengan seksama terhadap perasaan
3)    citta nupassana                         : Perhatian dengan seksama terhadap gerak gerik pikiran
4)    dhamma nupassana       : Perhatian dengan seksama terhadap obyek mental

h.       konsentrasi benar (samma Samadhi)
adalah penerapan terus menerus dari perhatian pada suatu obyek tanpa terpecah pikirannya. Konsentrasi adalah praktik mengembangkan pemusatan pikiran pada satu obyek tunggal, baik fisik maupun mental.


NOTE : 
to anak-anak ku ; catatan di atas memerlukan penjelasan lebih lanjut. harap rutin mengkuti kegiatan PBM dan tatap muka.

No comments:

Post a Comment