29/04/2016

Kelas X/2 : Ikhtisar Tripitaka



 Ikhtisar Tripitaka


Kitab suci agama Buddha yang paling tua yang diketahui hingga sekarang tertulis dalam bahasa Pâli dan Sansekerta; terbagi dalam tiga kelompok besar yang dikenal sebagai 'pitaka' atau 'keranjang', yaitu :

1.Vinaya Pitaka
2. Sutta Pitaka,
3. Abhidhamma Pitaka

Oleh karena itu Kitab Suci agama Buddha dinamakan Tipitaka (Pâli) atau Tripitaka (sansekerta). Di antara kedua versi Pâli dan Sansekerta itu, pada dewasa ini hanya Kitab Suci Tipitaka (Pâli) yang masih terpelihara secara lengkap, dan Tipitaka (Pâli) ini pulalah yang merupakan kitab suci bagi agama Buddha mazhab Theravâda (Pâli Canon).

1.       VINAYA PITAKA
Secara etimologis, "Vinaya" berarti    : disiplin, peraturan, tata tertib.
secara umum, "Vinaya" berarti : melenyapkan, menghapus, menghilangkan (asava/kekotoran batin).

Sedangkan kata "Pitaka" jika dilihat dari historisnya maka artinya adalah 'keranjang' atau 'wadah'. Jadi Vinaya Pitaka merupakan bagian dati Tripitaka yang berisi tentang disiplin, peraturan, tata tertib.
Vinaya Pitaka berisi hal-hal yang berkenaan dengan peraturan-peraturan bagi para bhikkhu dan bhikkhuni; terdiri atas tiga bagian :

a.    Sutta Vibhanga
Kitab Sutta Vibhanga berisi peraturan-peraturan bagi para bhikkhu dan bhikkhuni. Bhikkhu-vibanga berisi 227 peraturan yang mencakup delapan jenis pelanggaran, di antaranya terdapat empat pelanggaran yang menyebabkan dikeluarkannya seorang bhikkhu dari Sangha dan tidak dapat menjadi bhikkhu lagi seumur hidup. Keempat pelanggaran itu adalah : berhubungan kelamin, mencuri, membunuh atau menganjurkan orang lain bunuh diri, dan membanggakan diri secara tidak benar tentang tingkat-tingkat kesucian atau kekuatan-kekuatan batin luar biasa yang dicapai. untuk ketujuh jenis pelanggaran yang lain ditetapkan hukuman dan pembersihan yang sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang bersangkutan. Bhikkhuni-vibanga berisi peraturan-peraturan yang serupa bagi para Bhikkhuni, hanya jumlahnya lebih banyak

b.    Khandhaka
Kitab Khandhaka terbagi atas Mahâvagga dan Cullavagga. Kitab Mahâvagga berisi peraturan-peraturan dan uraian tentang upacara penahbisan bhikkhu, upacara Uposatha pada saat bulan purnama dan bulan baru di mana dibacakan Pâtimokkha (peraturan disiplin bagi para bhikkhu), peraturan tentang tempat tinggal selama musim hujan (vassa), upacara pada akhir vassa (pavâranâ), peraturan-peraturan mengenai jubah Kathina setiap tahun, peraturan-peraturan bagi bhikkhu yang sakit, peraturan tentang tidur, tentang bahan jubah, tata cara melaksanakan sanghakamma (upacara sangha), dan tata cara dalam hal terjadi perpecahan.
Kitab Cullavagga berisi peraturan-peraturan untuk menangani pelanggaran-pelanggaran, tata cara penerimaan kembali seorang bhikkhu ke dalam Sangha setelah melakukan pembersihan atas pelanggarannya, tata cara untuk menangani masalah-masalah yang timbul, berbagai peraturan yang mengatur cara mandi, mengenakan jubah, menggunakan tempat tinggal, peralatan, tempat bermalam dan sebagainya, mengenai perpecahan kelompok-kelompok bhikkhu, kewajiban-kewajiban guru (âcariyâ) dan calon bhikkhu (sâmanera), pengucilan dari upacara pembacaan Pâtimokkha, penahbisan dan bimbingan bagi bhikkhuni, kisah mengenai Pesamuan Agung Pertama di Râjagaha, dan kisah mengenai Pesamuan Agung Kedua di Vesali.

c.    Parivâra
Kitab Parivâra memuat ringkasan dan pengelompokan peraturan-peraturan Vinaya, yang disusun dalam bentuk tanya jawab untuk dipergunakan dalam pengajaran dan ujian.

Vinaya Pitaka, bagian pertama dari Tipitaka, adalah landasan tekstual dimana komunitas monastik (Sangha) dibangun. Bukan hanya berisi tentang aturan-aturan yang mengatur kehidupan dari bhikkhu (biarawan) dan bhikkhuni (biarawati) Theravada, tetapi juga berisi prosedur dan konvensi etika yang mendukung hubungan harmonis, bagi para anggota monastik itu sendiri, dan antara anggota monastik dan umat awam yang menyokongnya, dimana kepada mereka kebutuhan materialnya bergantung.
Ketika sang Buddha pertama kali mendirikan Sangha, komunitas tersebuat awalnya hidup dengan harmonis tanpa ada aturan yang tersusun. Seiring dengan Sangha perlahan berkembang menjadi besar dan berubah menjadi komunitas yang lebih kompleks, kejadian-kejadian tidak dapat dihindari untuk terjadi ketika seorang anggota bertindak dengan tidak terampil. Ketika salah satu dari kasus ini laporkan kepada Sang Buddha, beliau akan mengeluarkan aturan untuk memberikan hukuman untuk pelanggaran itu, untuk mencegah perbuatan salah tersebut lagi dimasa yang akan datang. Teguran standar Sang Buddha sendiri sangat membangun.


2.       SUTTA PITAKA
Sutta pitaka adalah bagian dari tri pitaka yang  berisi khotbah-khotbah Sang Buddha.
Sutta Pitaka terdiri atas lima 'kumpulan' (nikâya) atau buku, yaitu :

a.       Dîgha Nikâya,
Merupakan buku pertama dari Sutta Pitaka yang terdiri atas 34 Sutta panjang, dan terbagi menjadi tiga vagga : Sîlakkhandhavagga, Mahâvagga dan Pâtikavagga. Beberapa di antara sutta-sutta yang terkenal ialah : Brahmajâla Sutta (yang memuat 62 macam pandangan salah), Samannaphala Sutta (menguraikan buah kehidupan seorang petapa), Sigâlovâda Sutta (memuat patokan-patokan yang penting bagi kehidupan sehari-sehari umat berumah tangga), Mahâsatipatthâna Sutta (memuat secara lengkap tuntunan untuk meditasi Pandangan Terang, Vipassanâ), Mahâparinibbâna Sutta (kisah mengenai hari-hari terakhir Sang Buddha Gotama).
- Bramajala Sutta: "Jala para Brahma" Sang Buddha bersabda bahwa Beliau mendapat penghormatan bukan semata-mata karena kesusilaan, melainkan karena kebijaksanaan yang mendalam yang beliau temukan dan nyatakan. Beliau memberikan sebuah daftar berisi 62 bentuk spekulasi mengenai dunia dan pribadi dari guru-guru lain.

- Samannaphala Sutta: "Pahala yang dimiliki oleh tiap pertapa". Kepada Ajatasattu yang berkunjung pada Sang Buddha, Beliau menerangkan keuntungan menjadi seorang Bhikkhu, dari tingkat terendah sampai tingkat Arahat.

- Ambattha Sutta: Percakapan antara Sang Buddha dengan Ambattha mengenai kasta, yang sebagian memuat cerita tentang raja Okkaka, leluhur Sang Buddha.

- Aganna Sutta: perbincangan mengenai kasta dengan penjelasan mengenai asal mula benda-benda, asal mula kasta-kasta dan artinya yang sesungguhnya. 

- Sigalovada Sutta: Sang Buddha menemukan Sigala sedang memuja enam arah. Beliau menguraikan kewajiban seorang umat dengan menjelaskan bahwa pemujaan itu adalah menunaikan kewajiban terhadap enam kelompok orang (orang tua, guru, sahabat dan lain-lain).

b.       MajjhimaNikâya
Merupakan buku kedua dari Sutta Pitaka yang memuat kotbah-kotbah menengah. Buku ini terdiri atas tiga bagian (pannâsa); dua pannâsa pertama terdiri atas 50 sutta dan pannâsa terakhir terdiri atas 52 sutta; seluruhnya berjumlah 152 sutta. Beberapa sutta di antaranya ialah : Ratthapâla Sutta, Vâsettha Sutta, Angulimâla Sutta, Ânâpânasati Sutta, Kâyagatasati Sutta dan sebagainya.
- Jivaka Sutta: Jivaka mengajukan pertanyaan apakah benar Sang Buddha menyetujui pembunuhan dan memakan daging. Sang Buddha menunjukkan dengan contoh bahwa itu tidak benar dan bahwa seorang bhikkhu makan daging hanya jika ia tidak melihat, mendengar dan menduga bahwa daging itu khusus dibuat untuknya.

c.       Samyutta Nikâya,
    Merupakan bukun bagian dari Sutta Pitaka yang terdiri atas 7.762 sutta. Buku ini dibagi menjadi lima vagga utama dan 56 bagian yang disebut Samyutta. Bebebapa samyutta diantaranya sebagai berikut.     


d. Anguttara Nikâya
Merupakan buku bagian dari Sutta Pitaka, yang terbagi atas sebelas nipâta (bagian) dan meliputi 9.557 sutta. Sutta-sutta disusun menurut urutan bernomor, untuk memudahkan pengingatan.

1). Ekaka Nipata: (yang serba satu) misalnya pikiran terpusat/tidak terpusat; usaha ketekunan Sang Buddha dan sebagainya.

2) Duka: (yang serba dua), dua jenis kamma vipaka yaitu yang membuahkan hasil dalam kehidupan sekarang maupun yang membawa kepada tumimbal lahir dan seterusnya; dua jenis dana; dua golongan Bhikkhu dan sebagainya.

3). Tika: (yang serba tiga), tiga pelanggaran melalui jasmani, ucapan dan pikiran; tiga perbuatan yang patut dipuji yaitu kedermawanan, penglepasan, dan pemeliharaan orang tua; dan sebagainya.

4). Catuka: (yang serba empat), empat jenis orang yaitu tidak bijaksana dan tidak beriman; tidak bijaksana tapi beriman; bijaksana tapi tidak beriman, bijaksana dan beriman; empat jenis kebahagiaan (empat Brahma Vihara, empat sifat yang menjaga Bhikkhu dari kekeliruan); empat cara pemusatan diri dan sebagainya.

5). Pancaka: (yang serba lima), lima ciri yang baik dari seorang siswa; lima rintangan batin; lima obyek meditasi; lima sifat buruk; lima perbuatan baik; dan sebagainya.

6). Chakka: kewajiban rangkap enam dari seorang Bhikkhu.

7). Sattaka: tujuh jenis kekayaan; tujuh jenis kemelekatan.

8). Atthaka: delapan sebab kesadaran; delapan sebab pemberian dana; delapan sebab gempa bumi.

9). Navaka: sembilan perenungan; sembilan jenis manusia.

10). Dasaka: sepuluh perenungan, sepuluh jenis penyucian batin.

11). Ekadasaka: sebelas jenis kebahagian / jalan menuju nibbana; sebelas sifat-sifat baik dan buruk dari seorang pengembala dan Bhikkhu.



e.       Khuddaka Nikâya,
   Merupakan buku kelima dari Sutta Pitaka yang terdiri atas kumpulan lima belas kitab, yaitu :
1).  Khuddakapâtha, yaitu rumusan dalam bentuk risalah-risalah yang berisi 9 rumusan secara bertingkat yang dijadikan panduan bagi pasa samana untuk melatih diri. 
   berisi empat teks : Saranattâya, Dasasikkhapâda, Dvattimsakâra, Kumârapañha, lima sutta : Mangala, Ratana, Tirokudda, Nidhikanda dan Metta Sutta.

2).  Dhammapada, terdiri atas 423 syair yang dibagi menjadi dua 26 vagga. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

3).  Udâna, merupakan kumpulan delapan puluh sutta, yang terbagi menjadi delapan vagga. Kitab ini memuat ucapan-ucapan Sang Buddha yang disabdakan pada berbagai kesempatan. Suatu syair-syair inspirasi yang disertai suatu cerita mengenai suatu keadaan/peristiwa yang penting.

4).  Itivuttaka, berisi 110 sutta, yang masing-masing dimulai dengan kata-kata : vuttam hetam bhagavâ (demikianlah sabda Sang Bhagavâ).

5).  Sutta Nipâta, terdiri atas lima vagga : Uraga, Cûla, Mahâ, Atthaka dan Pârâyana Vagga. Empat vagga pertama terdiri atas 54 prosa berirama, sedang vagga kelima terdiri atas enam belas sutta.

6).  Vimânavatthu, menerangkan keagungan dari bermacam-macam alam deva, yang diperoleh melalui perbuatan-perbuatan berjasa.

7).  Petavatthu, merupakan kumpulan cerita mengenai orang-orang yang lahir di alam Peta akibat dari perbuatan-perbuatan tidak baik.

8).  Theragâthâ, kumpulan syair-syair, yang disusun oleh para Thera semasa hidup Sang Buddha. Beberapa syair berisi riwayat hidup para Thera, sedang lainnya berisi pujian yang diucapkan oleh para Thera atas Pembebasan yang telah dicapai.

9).  Therigâthâ, buku yang serupa dengan Theragâthâ yang merupakan kumpulan dari ucapan para Theri semasa hidup Sang Buddha.

10).  Jâtaka, berisi cerita-cerita mengenai kehidupan-kehidupan Sang Buddha yang terdahulu, ketika beliau hidup sebagai Bodhisattva. Terdiri dari 22 nipata, 547 cerita.

11).  Niddesa, terbagi menjadi dua buku : Culla-Niddesa dan Mahâ-Niddesa. Culla-Niddesa berisi komentar atas Khaggavisâna Sutta yang terdapat dalam Pârâyana Vagga dari Sutta Nipâta; sedang Mahâ-Niddesa menguraikan enam belas sutta yang terdapat dalam Atthaka Vagga dari Sutta Nipâta.

12).  Patisambhidâmagga, berisi uraian skolastik tentang jalan untuk mencapai pengetahuan suci, merupakan analisis Abhidhamma. Buku ini terdiri atas tiga vagga : Mahâvagga, Yuganaddhavagga dan Paññâvagga, tiap-tiap vagga berisi sepuluh topik (kathâ).

13).  Apadâna, berisi riwayat hidup dari 550 bhikkhu, dan riwayat hidup dari 40 bhikkhuni, yang semuanya hidup pada masa Sang Buddha.

14).  Buddhavamsa, terdiri atas syair-syair yang menceritakan kehidupan dari 25 Buddha, dan Buddha Gotama adalah yang paling akhir.

15).  Cariyâpitaka, berisi cerita-cerita mengenai kehidupan-kehidupan Sang    Buddha yang terdahulu dalam bentuk syair, terutama menerangkan tentang 10 pâramî yang dijalankan oleh Beliau sebelum mencapai Penerangan Sempurna, dan tiap-tiap cerita disebut Cariyâ.

16).  Nettippakarana (hanya pada Tipiṭaka Bahasa Burma)

17).  Peṭakopadesa (hanya pada Tipiṭaka Bahasa Burma).

18).  Milindapañha — Pertanyaaan Milinda (hanya pada Tipiṭaka edisi Birma)


   3. ABHIDHAMMA PITAKA
        Abhidhamma pitaka adalah bagian dari kita Tripitaka yang berisi tentang      uraian          mengenai filsafat, metafisika, psikologi Buddha Dhamma. yang terdiri dari 42.000 Dhamma khanda. 

   *Pembabaran Abhidhamma.
Dalam kitab suci Tripitaka terdapat kisah yang berkaitan dengan Abhidhamma.
-    Pada minggu ke-4 setelah pencapaian penerangan agung, Buddha berdiam di kamar batu permata dan bermeditasi mengenai Abhidhamma.

-    Pada tahun ke-7 setelah penerangan sempurna, Buddha mengunjungi sorga Tusita memberikan ajaran Abhidhamma kepada ibu-Nya (dewi Mahamaya) secara terperinci. Pada waktu yang bersamaan, Buddha mengajarkan Abhidhamma kepada Y.A Sariputta di hutan kayu cendana secara singkat, dengan menggunakan kekuatan Abina.

-    Y.A Sariputta mengajarkan Abhidhamma kepada 500 Bhikkhu secara tidak terperinci dan juga tidak singkat.

-   Y.A Maha Kassapa mengulang ajaran Abhidhamma setelah Buddha Mahaparinibbana, yaitu pada konsili III.

Abhidhamma pitaka dibagi menjadi 7 kitab yaitu:
1.  Dhammasangani : Menguraikan perincian paramatha dhamma yaitu citta (pikiran/kesadaran), rupa (jasmani), nikhepa (ringkasan), atuddhara (penjelasan)

2.  Vibhanga : Menguraikan pembagian dari paramatha, yang terdiri dari  khanda (kelompok kehidupan), ayatana (landasan indera), dhatu (unsur).

3.  Dhatukatha : Menguraikan unsur-unsur batin dari paramatha dhamma

4.  Puggala pannati : Menguraikan tentang jenis-jenis puggala, terdiri dari 10 bab.

5.  Kathavathu : Menguraikan paramatha dalam bentuk Tanya jawab yang terbagi menjadi 23 bab.

6.  Yamaka : Menguraikan paramatha dhamma secara berpasangan. Terdiri dari 10 bab yaitu ; mula, khanda, ayatana, dhatu, sacca, sankhara, anusaya (kecenderungan laten), citta, dhamma, indriya.

7.  Patthana : Menguraikan 24 paccaya (hubungan-hubungan antara batin dan jasmani).


Note : 
untuk anak-anak ku, catatan di atas membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Maka usahakan dapat selalu hadir saat pertemuan. jangan sering-sering ijin yaa.. apalagi bolos. 

No comments:

Post a Comment