TRIPITAKA
A.
Pengertian
Tripitaka/Tipitaka
berasal dari dua kata yaitu ‘Ti’ tiga, dan ‘Pitaka’ keranjang atau bagian atau
kelompok. Tripitaka/Tipitaka atau 'Tiga Keranjang' terdiri dari vinaya pitaka,
sutta pitaka, dan abhidhamma pitaka , dimana merupakan kitab suci yang dipakai
dalam agama Buddha, dapat ditemukan dalam bahasa Pali dan bahasa Sanskerta.
Perbedaan bahasa dalam kitab suci yang dipakai tersebut, akhirnya menjadi ciri
khas masing-masing aliran yang ada dalam Buddhisme.
kitab
Tripitaka merupakan kumpulan ajaran Buddha yang dibabarkan selama kurang lebih
45 tahun. Pembabaran Dhamma oleh Buddha tersebut ditempat yang berbeda, kepada
orang yang berbeda-beda sera dengan cara yang berbeda-beda pula. Maka Wujud
dari kitan suci Tripitaka tidaklah seperti kitab suci agama lain yaitu hanya
satu buku yang tebal. Namun Tripitaka terdiri dari banyak jilid, banyak buku
yang tidak akan selesai dibaca dan dipahami hanya dalam waktu satu bulan saja.
B.
Sejarah
Penulisan Tripitaka
Satu
minggu setelah Buddha mahaparinibbana, Bhikkhu Kassapa berserta rombongan 500
orang Bhikkhu melakukan perjalanan menuju Rajagaha. Sebelum sampai di Rajagaha
mereka beristirahat sejenak di sebuah hutan. Ada yang beristirahat sambil
duduk, berbaring, bermeditasi dan lain sebagainya. Pada saa itu, lewatlah
seorang pertapa dari sekte lain dengan membawa bunga karang. Bunga karang
merupakan bunga langka yang hanya waktu-waktu tertentu saja munculnya. setelah
bertukar salam dan sapa, Kemudian Y.A Maha Kassapa Thera bertanya kepada
pertapa itu,
Y.A. Kassapa : “Avuso (saudaraku), apakah anda mengenal
guru kami?”
Pertapa : “ooo…tentu aku mengenalnya, Beliau adalah
seorang Buddha, Guru agung para Dewa dan Manusia. Tetapi beliau telah
Parinibbana seminggu yang lalu, oleh Karena itulah saya bisa menemukan dan
memetik bunga karang ini”.
Y.A Kassapa : “Baiklah saudaraku, terimakasih.
Silahkan melanjutkna perjalanan anda”.
Lalu pertapa
sekte lain itupun pamit dan melanjutkan perjalanannya.
Mendengar
percakapan tersebut, para Bhikkhu yang batinnya belum mencapai penerangan sempurna
seketika menjadi galau, sedih dan tak kuat menahan kepedihan karena teringat
kepada Buddha Gotama. Ada yang menangis tersedu-sedu, ada yang menangis sampai
berguling-guling, ada yang menangis sambil memukul-mukul dadanya sendiri, dan
lain sebagainya. Melihat kejadian ini, Bhikkhu Subada tak tinggal diam. Bhikkhu
Subadda adalah Bhikkhu yang sudah tua dan paling tua diantara rombongan Bhikkhu
tersebut namun dia merupakan Bhikkhu terakhir yang ditahbiskan. Bhikkhu Subbada
mengucapkan kata-kata berikut ini
“wahai kawan-kawan, janganlah menangis atau
meratap, sebab kita sekarang telah terbebas dari pertapa Agung, yang tidak akan
memberitahukan lagi kepada kita apa yang sesuai untuk dilakukan dan apa yang
tidak, yang membuat hidup kita menderita, tetapi dapat berbuat apapun yang kita
senangi dan tidak berbuat apa yang tidak kita senangi”.
Bhikkhu Maha Kassapa Thera tidak sependapat dengan
bhikkhu Subhada, kemudian beliau mengkoordinir para Bhikkhu untuk menghimpun
kembali dhamma yang telah dibabarkan oleh Buddha. maka diadakanlah Sidang
Sangha/Sangha samaya/konsili.
KONSILI 1
Latar belakang : Pernyataan Bhikkhu subbada
Tujuan : menghimpun kembali ajaran- ajaran Buddha
Tujuan : menghimpun kembali ajaran- ajaran Buddha
Tempat : Gua sattapani (Rajagaha)
Waktu : kira-kira 1
bulan setelah Buddha parinibbana (543
SM)
Pemimpin : Bhikkhu Maha
Kassapa Thera
Peserta : 500 Bhikkhu arahat
Hasil :
1.
Bhikkhu upali mengulang Vinaya
2.
Bhikkhu ananda mengulang sutta
3.
Memberi hukuman kepada bhikkhu canna
4.
Memberi gugatan kepada bhikkhu ananda
5.
Hukuman kepada bhikkhu canna (sangha kamma)
Yaitu : bhikkhu
canna boleh berbicara apasaja kepada para bhikkhu namun para bhikkhu tidak
boleh berbicara apapun kepada bhikkhu canna.
Gugatan kepada bhikkhu ananda
1.
Tidak menanyakan 10 vinaya kecil
2.
Menginjak jubah Buddha
3.
Mengijinkan wanita memberikan penghormatan pertama
kepada jenazah Buddha
4.
Tidak memohon kepada Buddha untuk hidup dampai satu
kalpa
5.
Memohon wanita agar diterima jadi Bhikkhuni
6.
Tidak memberikan air kepada Buddha
Penjelasan Bhikkhu ananda terhadap gugatan
1.
Karena ia dikuasai kesedihan atas parinibbana-Nya
Buddha
2.
Karena tidak ada orang yang membantunua
3.
Karena ia tidak mau mereka menunggu di sana
4.
Dia di bawah pengaruh mara
5.
Karena Prajapati Gotami yang merawat Sidharta
sewaktu kecil
6.
Air yang diminta Buddha adalah air sungai yang
berlumpur
KONSILI 2
Tempat : Vesali (raja Kalasoka)
Waktu : kira-kira
100 tahun setelah Buddha parinibbana, tahun 443 SM
Pemimpin : Bhikkhu Yasa
Peserta : 700 orang bhikkhu arahat dan non arahat
Tujuan :
PengulangN/penyempurnaan kembali dhamma dan vinaya
Hasil :
Penentuan otoritas daripada dhamma dan vinaya
Dalam konsili 2 ini terjadi perbedaan pendapat yang menimbulkan
perpecahan. Akhirnya menjadi 2 kelompok yaitu :
1.
Maha sanghika (Mahayana) : yang menghendaki
pengulanagan dhamma dan vinaya bukan hanya oleh arahat saja, tapi juga yang
belum arahat (siswa).
2.
Staviravada (Theravada) : yang menghendaki
pengulangan dhamma dan vinaya hanya dilakukan oleh para arahat saja.
Beberapa
perbedaannya
Penafsiran
|
Theravada
|
Mahayana
|
Tujuan
|
Arahat
|
Sammasambuddha
|
Jalan
pencapaian
|
Hasta
ariya magga
|
Bodhisattva
sila
|
Penekanan
ajaran
|
Vinaya
|
Sutra
|
10
vinaya kecil
|
Mempertahankan
|
Tidak
mempertahankan
|
10 vinaya kecil
1.
Tidak menerima emas/perak (uang).
2.
Tidak makan bila tidak diundang/dipersilahkan.
3.
Tidak makan pada sore hari sampai keesokan paginya.
4.
Tidak menyimpan garam dan mencampur dalam makanan.
5.
Tidak minum selewat waktu yg ditentukan
6.
Tidak minum yg dimuaikan.
7.
Tidak melakukan Uposatha-kamma.
8.
Tidak ber-Uposatha-kamma yg terpisah dlm vihara besar.
9.
Tidak menggunakan Nisida (kain untuk bernamskara) yg lebar
10.
Tidak mengikuti pendiksa dlm upacara tradisi kuno apapun.
KONSILI 3
Tempat : Pataliputta (raja asoka Wardana)
Pemimpin : Bhikkhu Tissa Moghali Putta
Waktu : Pada tahun 249 sebelum masehi
Peserta : 700 arahat dari Staviravada
Tujuan :
-
Menertibkan
penyelewengan pada ajaran Buddha yang mengakibatkan perbedaan pendapat dan
perpecahan dalam sangha
-
Mengulang
sutta dan vinaya selama 9 bulan oleh arahat-arahat dari staviravada
Hasil :
-
Munculnya
kitab Abhidhamma pitaka
-
Memutuskan
untuk mengirim duta dhamma keluar negeri
KONSILI 4
Tempat :
Aluvihara, Goa Aloka (sumber lain)
Pemimpin : Bhikkhu Mahinda (raja Wata
gamanabaya)
Waktu : Pada tahun 83 sebelum masehi
Peserta :
500 Bhikkhu terpelajar
Tujuan : Menertibkan
penyelewengan-penyelewengan ajaran Buddha yang disebabkan kaum brahmanisme.
Hasil :
-
Pengulangan
kitab Tripitaka secara oral
-
Penulisan
kitab suci Tripitaka dan atakatanya di atas daun lontar
KONSILI 5
Tempat :
Khasmir
Pemimpin : Bhikkhu Vasumitra
Waktu : Tahun 78-103 masehi
Peserta :
500 bhikkhu dari Mahasanghika
Tujuan : Keinginan untuk mengakhiri
pertikaian antara sekte tentang
penafsiran vinaya dan sutta
Hasil : Ditulis naskah-naskah
sansekerta pada kepingan-kepingan
perunggu dan disimpan di dalam stupa
KONSILI 6
Tempat :
Mandalay (Birma)
Pemimpin : Para acarya Mahathera (raja
Mindon)
Waktu : Tahun 1871 Masehi
Peserta :
2400 Mahathera (dari Staviravada)
Tujuan : Menyiapkan keseragaman edisi
kitab suci Tipitaka
Hasil : Kitab Tipitaka pali
ditulis dalam lempengan marmer dan
disimpan di bukit Mandalay (729 buah)
KONSILI 7
Tempat :
Rangoon (Birma)
Pemimpin : Para bhikkhu terpelajar dari;
India, Srilanka, Nepal, Kamboja,
Thailand, Laos dan Pakistan
Waktu : Purnama sidhi Waisak (mei
1956)
Peserta :
Tidak diketahui
Tujuan : Membangkitkan kembali agama
Buddha di dunia
Hasil : Kitab suci Tipitaka
diterjemahkan dalam bahasa lain, Inggris,
Jerman, China
to : anak-anak ku tercinta.
ReplyDeletebeberapa catatan dalam materi di atas butuh penjelasan lebih lanjut. harus di bahas saat tatap muka. jadi rajin dateng ya Caahhh... jangan sering-sering ijin.