Berlindung kepada Triratna menrupakan
satu dari tujuh macam pahala yang terus menerus. (samaggi-phala.or.id, oleh Sayadaw Nanda Siddhi, dikutip dari majalah
berita Dharmayana, edisi 44 tahun 2010). Yaitu: berlindung kepada Triratna,
mematuhi pancasila Buddhis, berdana kepada para Bhikkhu (menarik undian),
persembahan setiap dua minggu sekali, mempersembahkan jubah (terutama dimusim
hujan), mempersembahkan tangki air untuk minum, membangun vihara.
Berlindung kepada Triratna setiap hari
dengan melafalkan paritta Trisarana, bukan hanya sekedar melafalkannya saja,
tetapi harus memahami arti berlindung kepada Triratna itu sendiri. Maksud dari
berlindung kepada Triratna adalah tidak ada perlindungan lain selain Buddha,
Dhamma dan Sangha. Triratna selalu disimpan dalam pikiran kita. Agar dapat
melakukannya, seseorang harus memiliki keyakinan yang kuat kepada Triratna.
A.
Makna
berlindung kepada Triratna
Banyak orang,
khususnya mereka dengan kepercayaan animisme, mencari perlindungan pada objek-objek
tertentu di sekitar mereka yang mereka percayai dihuni oleh semacam roh-roh.
Umat Buddha bagaimanapun tahu bahwa satu-satunya perlindungan yang dapat mereka
peroleh adalah melalui pemahaman sempurna akan sifat sejati mereka sendiri dan
menghapuskan hal-hal yang tidak bermanfaat. Untuk melakukan hal ini, umat
Buddha meyakini ajaran Buddha dan jalan-Nya, karena ini satu-satunya cara
menuju pembebasan sejati dan kebebasan dari penderitaan.
Umat Buddha
berlindung kepada Buddha bukan karena Buddha adalah Tuhan atau anak Tuhan.
Orang berlindung kepada Buddha sebagai seorang guru yang telah menunjukkan
jalan pembebasan sejati. Umat Buddha menghormati Buddha untuk menunjukkan rasa
terimakasih dan hormat, tetapi mereka tidak meminta pertolongan materi. Jika
umat Buddha menghormati Buddha, mereka secara tidak langsung mengangkat pikiran
mereka sendiri sehingga suatu hari mereka juga dapat mencapai pencerahanyang
sama. Pelafalan paritta atau sutta yang dilakukan saat pujabakti bukan untuk
memohon, tetapi untuk mengingat nilai-nilai luhur dan sifat-sifat baik-Nya.
Jadi sangat
jelas disini bahwa makna berlindung kepada Buddha adalah meyakini dan
menghormati Buddha yang telah mencapai penerangan sempurna dengan usahanya
sendiri, serta meneladani sifat-sifat Buddha sehingga kita sendiripun dapat
mencapai seperti apa yang telah dicapai Buddha.
Arti berlindung
kepada dhamma adalah Mereka yang hidup sesuai dengan Dhamma (cara hidup yang
benar) akan dilindungi oleh dhamma itu sendiri. Seseorang yang mengetahui sifat
sejati dan kenyataan hidup melalui Dhamma, tidakakan takut dan dapat hidup
secara harmonis.
Arti berlindung
kepada sangha adalah menjadikan sangha yang melaksanakan sila dan memiliki
perilaku benar sebagai contoh dan teladan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, jika umat
Buddha mencari perlindungan, hal itu berarti mereka menerima dan meyakini
Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai cara untuk memusnahkan semua penyebab
ketakutan dan gangguan mental lainnya.
B.
Kebajikan-kebajikan
Triratna
Kebajikan-kebajikan Triratna (Buddha,
Dhamma, Sangha) terdapat dalam paritta Buddhanussati, Dhammanussati,
Sanghanussati.
9 Kebajikan Buddha
1. Arahat : Yang telah melenyapkan semua kekotoran batin
2. Sammasambuddha : Yang mencapai ke-Budhaan dengan usahanya sendiri dan
mampu membimbing muridnya mencapai penerangan sempurna.
3. Vijja carana sampano: Sempurna pengetahuannya dan tindak tanduknya
4. Sugato : Yang berbahagia
5. Loka vidu : Mengetahui segenap alam dengan sempurna
6. Anuttaro purissa dhamma sarati : Pembimbing umat manusia yang tiada
taranya.
7. Satta deva manussanang : Guru bagi para dewa dan manusia
8. Buddho : Yang telah sadar
9. Bhagava : Mulia
6 Kebajikan Dhamma
1.
Svakato bhagavata dhammo :
Dhamma ajaram
Buddha telah dibabarkan dengan sempurna. Karena Dhamma yang diajarkan Buddha
tersebut telah dapat menjadikan orang yang mempraktekkan Dhamma tersebut
menjadi orang yang suci dan dapat mengatasi lingkaran tumimbal lahir.
2.
Sanditiko :
Berada sangat
dekat. Yaitu dekat dengan kehidupan ini, tidak berada jauh membahas dunia yang
akan datang secara muluk-muluk, tetapi dapat dibuktikan dalam kehidupan ini dan
saat ini juga.. Dhamma berada sangat dekat bagi mereka yang mempraktekkannya
dalam kehidupannya, sehingga ia dapat merealisasi dhamma dalam hidupnya dengan
pelenyapan kekotorran batin.
3.
Akaliko :
Tidak
lapuk/lekang oleh waktu. Dhamma akan selalu ada, walaupun ada atau tidak ada
Buddha, serta walaupun telah dilupakan oleh manusia sekalipun. Dhamma selalu
tetap, tidak berubah sampai kapanpun.
4.
Ehipasiko :
Mengundang untuk
dibuktikan. Dhamma memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi mereka yang
meragukannya untuk membuktikan sendiri. Tidak ada pemaksaan atau ancaman apapun
yang mengharuskan seseorang untuk percaya begitu saja. Dengan membuktikan
sendiri kebenaran akan Dhamma, maka akan timbul keyakinan dan pengetahuan yang
seimbang. Bukan keyakinan yang membuta atau ikut-ikutan semata.
5.
Opanayiko :
Menuntun kedalam
batin. Dhamma menuntun batin menjadi lebih lembut dan lebih baik. Pelaksanaan
Dhamma membuat hati tenang, penuh cinta kasih dan belas kasih yang lembut.
Menuntun pelaksana nya untuk melenyapkan semua kekotoran batin.
6.
Paccatam veditabbo vinnuhi :
Dapat diselami
oleh para bijaksana dalam batin masing-masing. Seseorang yang mempraktekkan
Dhamma secara langsung dalam hidupnya, ia akan memahami secara mendalam, yang
dapat ia pahami dengan sejelas-jelasnya dalambatinnya.
9 Kebajikan Sangha
1.
Supatipanno bhagavato savaka sangho :
Sangha,
siswa-siswa Bhagava telah melaksanakan Dhamma dan Vinaya secara sempurna. Telah
bertindak baik.
2.
Ujupatipanno Bhagavato savaka sangho :
Sangha
siswa-siswa Bhagava telah berkelakuan jujur, telah berlaku lurus.
3.
Nayapatipanno Bhagavato savaka sangho :
Yang berjalan
dijalan yang benar (Menuju NIbbana/Nirwana)
4.
Samicipatipanno Bhagavato savaka sangho:
Yang telah
bertindak patut (penuh tanggung jawab).
5.
Ahuneyo : Yang patut menerima pemberian/persembahan.
6.
Pahuneyo : Yang patut menerima (diberikan) tempat
bernaung.
7.
Dakkineyyo : Yang patut menerima Dana
8.
Anjalikaraneyo : Yang patut menerima penghormatan
9.
Anuttarang punnakkhetang lokassa : Lapangan untuk
menanam jasa yang tiada taranya di alam semesta.
C.
Cara
berlindung kepada Triratna
Cara berlindung
kepada Triratna agar kita benar-benar terlindung adalah dengan cara berlindung
aktif, bukan berlindung dengan cara pasif seperti menanti bintang jatuh dari
langit. Meskipun seseorang berlindung kepada Triratna, namun untuk
merealisasi/mencapai kebahagiaan itu maka seseorang harus bertindak dan
berusaha sendiri. Mungkin dapat kita renungkan perumpamaan berikut ini;
Seorang
anak/anak kecil memang tidak dapat bergantung pada dirinya sendiri, ayah atau
ibunya harus selalu membantu menopangnya. Namun dalam hal yang paling penting,
anak itu justru harus bergantung pada dirinya sendiri. Misalnya dalam hal
makan, orangtua menyediakan makanan dan mereka hanya dapat meletakkan makanan
itu di mulut si anak. Lalu si anak itu sendirilah yang harus mengunyah dan
menelannya, kemudian tubuh harus menerima dan mencernanya.
Perumpamaan lain
dinyatakan Buddha dalam salah satu sutta. Ibaratnya seseorang yang ingin sekali
menginjakkan kakinya di Bali. Dia tergantung pada keterangan orang yang pernah
kesana yang dapat menunjukkan jalannya dengan benar, namun untuk dapat tiba di
Bali, orang itu sendirilah yang harus berusaha, menempuh jalannya, mengikuti
petunjuk arahnya, dll.
Jadi cara berlindung kepada Triratna adalah dengan cara aktif
mempraktekkan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Meneladani sifat-sifat luhur
Buddha Gotama, melakukan perbuatan-perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari
kepada siapapun tanpa terkecuali, serta melaksanakan sila dan mempraktekkan
pengembangan batin (meditasi).
Perumpamaan
BUDDHA
|
DHAMMA
|
SANGHA
|
|||
Dokter
|
Obat
|
Pasien yang sudah sembuh
|
|||
Matahari
|
Sinar
|
Bumi yang terkena sinar
|
|||
Nahkoda
|
Kapal
|
Penumpang yang sampai tujuan
|
|||
Penunjuk harta karun
|
Peta
|
Orang yang menemukan harta karun
|
|||
Busur panah
|
Anak panah
|
Sasaran yang terkena panah
|
|||
Pelatih kuda
|
Metode melatih
|
Kuda yang terlatih
|
No comments:
Post a Comment